This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, February 29, 2012

SISTEMATIKA BIOLOGI

 
PENDAHULUAN

Dalam buku-buku dan risalah-risalah ilmiah lainnya orang sering mencampurkan dan memertukarkan pengertian istilah-istilah klasifikasi, taksonomi, dan sistematika. Dalam beberapa dasawarsa terakhir mulai ada kecenderungan untuk memberikan pengertian tersendiri bagi masing-masing istilah tadi jadi sekarang orang tidak lagi memertukarkan istilah-istilah itu. Menurut pengertian baru ini, taksonomi ialah ilmu tentang teori-teori klasifikasi, pencirian, dan penamaan. Jadi kegiatan taksonomi itu mencakup dasar-dasar pencirian, tata cara pengenalan dan hukum-hukum penamaan, serta asas-asas pengaturan makhluk dalam golongan atau satuan kelasnya secara ideal. Berlaian dengan klasifikasi, taksonomi sudah sering diartikan sebagai teori dan praktek klasifikasi dan bukan hasil akhirnya, yaitu sistem klasifikasi. Dengan sendirinya pengetahuan tentang seluk-beluk penamaan, pencirian, dan penggolongan saja – jadi taksonomi semata – belumlah dapat menerangkan sebab musabab dan asal usul sampai terjadinya suatu bentuk pengaturan seperti yang dituangkan dalam suatu sistem klasifikasi. Untuk itu orang lalu melakukan kegiatan pengajian kekerabatan dan keanekaragaman melalui taksonomi pencobaan atau biosistematika, sedangkan hubungan evolusi makhluk dialami oleh Filogenetika.
Gabungan antara taksonomi dan biosistematika serta filogenetika inilah yang sekarang merupakan wilayah sistematika biologi.
Dengan demikian sistematika biologi itu dapat didefinisikan sebagai ilmu yang secara ilmiah memelajari tentang macam-macam dan keanekaragaman makhluk serta sejarah hubungan kekerabatan evolusi yang ada di sekitar mereka.

1.      PENCIRIAN
Pertelaan atau deskripsi yaitu pemaparan atau menguraikan suatu batasan atau ruang lingkup dan ciri-ciri suatu takson dengan suatu pelukisan atau penggambaran terperinci yang menggunakan kata dan istilah serta terkadang dilengkapi pula dengan ilustrasi. Dengan kata lain pertelaan simpulan dan perwujudan pencirian suatu takson.
Pencirian pada umumnya berupa ciri (character) dan sifat ciri (character state) yang diperinci, dianalisis, disintesis, dan semuanya lalu disajikan sebagai bukti taksonomi.
Kodrat Ciri Dan Sifat Ciri
Dalam sistematika biologi, secara umum ciri dapat diartikan sebagai penanda yang mengacu kepada bentuk, susunan, atau kelakuan makhluk, yang dapat digunakan untuk membandingkan, mendeterminasi, menginterpretasi, mengelompokkan atau memisahkan suatu makhluk dari yang lainnya.
Ciri merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi umumnya berwjud sesuatu yang dapat diamati, dihitung, diukur, atau diperlakukan. Oleh karena itu dapat di mengerti bahwa variasi ciri merupakan al yang paling penting untuk keperluan sistematika biologi. Variasi ciri pada umumnya biasa di katakan sebagai sifat ciri. Dalam suatu pertelaan ciri harus dibarengi dengan sifat ciri.
Kemudahan alam pemberian nilai, orang sering membedakan antara ciri kualitatif dan ciri kuantitatif. Ada atau tidaknya suatu ciri, duduk daun berhadapan atau berseling, dab perilaku serangga yang giat malam (nocturnal) atau giat siang (diurnal), adalah contoh dari ciri kualitatif. Ciri yang sifatnya dapat dinilai secara langsung dengan mengukur panjang, berat, kerapatan, dan lain-lainnya adalah ciri-ciri kuantitatif.
Untuk keperluan pengklasifikasian umumnya orang menggunakan ciri sntesis, yaitu ciri yang terdapat serba sama dan luas merata pada seluruh anggota suatu takson yang berperingkat tinggi, tetapi ciri ini tidak banyak bermanfaat untuk penggolongan takson yang berperingkat rendah.
Untuk keperluan pendeterminasian dan pembatasan takson umumnya orang menggunakan ciri diagnosis, ciri kunci atau ciri analisis. Ciri ini mempunyai sifat yang terdapat terbatas dan khas karena dipilihkan dari ciri yang mempunyai kisaran variasi yang bermacam-macam polanya. Karena terbatasnya persebaran dan besarnya ketidaksamaan variasi ciri-ciri analisis, sukar untuk dipakai sebagai ciri untuk mempersatukan atau menyintesiskan takson yang berperingkat tinggi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ciri yang baik untuk keperluan sistematika biologi haruslah tidak mudah terpengaruh terhadap faktor lingkungan, variasinya konsisten dan berkorelasi dengan ciri-ciri lainnya, serta tidak udah termodifikasi oleh perubahan segresi atau rekombinasi faktor genetik yang sederhana.
Untuk lebih mudah dipahami dan dihayati jika disadari bahwa ciri dapat didefinisikan sebagai “........... bentuk asli ditambah dengan semua modifikasi yang terjadi kemudian .......”. Defenisi ini menyiratkan bahwa memang terjadi suatu transisi dari satu sifat ciri ke sifat ciri lainnya. Untuk memastikan itu maka dianggap perlu melakukan suatu polarisasi sifat ciri, dengan jalan membedakan sifat ciri yang merupakan bentuk leluhurnya atau Plesiomorf (primitif), dan bentuk turunan atau Apomorf (maju). Dalam kaitan ini, jika dua atau lebih takon menampilkan adanya sifat ciri plesiomorf serupa, maka sifat ciri ini merupakan Simplesiomorf. Sebalikanya kalau suatu apomorf homolog dimiliki oleh dua atau lebih sifat ciri  takson, sifat ciri ini dikatakan Sinapomorf. Penentuan polarisasi sifat ciri ini dipermudah dengan metode outgroup, yaitu dengan membandingkan takson yang ditangani  (kelompok ingroup) dengan takson kerabat dekatnya yang untk keperluan penilaian lalu dianggap lebih bersifat primitif.
Karena corak pendekatannya, dengan sendirinya hanya sifat ciri yang homolog saja yang harus digunakan dalam analisis, sehingga kemungkinan terlibatkannya sifat ciri yang analog harus diwaspadai. Sebagaimana diketahui perubahan sifat ciri tidak selalu menunjukkan adanya hubungan evolusi, sebab persebaran sifat ciri dalam jajaran takson yang ditangani mungkin merupakan hasil evolusi yang paralel, atau konvergensi, atau bahkan pembalikan (reversal) suatu sifat ciri apomorf ke keadaan plesiomorf. Perubahan-perubahan evolusi yang menyebabkan kesalahan simpulan dalam penggambaran filogeninya ini secara kolektif di sebut Homoplasi.

Sumber Ciri Untuk Bukti Taksonomi
Ciri yang dipakai sebagai bukti taksonomi dalam mencirikan, menggolongkan, dan menamakan makhluk dapat berasal dari seluruh bagian tubuh dan dari semua fase serta proses pertumbuhan makhluk, antara laian yaitu :
Morfologi. Kriteria morfologi masih akan terus dipakai sebagai tumpuan utama kegiatan pendeterminasian, pencirian dan penyusunan sistem klasifikasi yang praktis. Lagi pula ciri-ciri morfologi mudah dilihat sehingga variasinya dapat dinilai dengan cepat jika dibandingkan dengan ciri-ciri lainnya. Sayangnya proses perkembangan ciri mofologi gampang termutasikan sehingga bentuk akhir pengejawantahannya dapat dipengaruhi oleh faktor non-genetika seperti keadaan kesehatan makhluk, status gizi dan makananya, umur, lingkungan sekitar, serta tahapan siklus penangkarannya.
  Ontogeni dan Embriologi. Pengunaan data-data embriologi (ilmu yang mempelajari perkembangan lembaga sebelum, selama, dan sesudah pembuahan) memang baru terbatas pada takson berperingkat tinggi. Macam dan susunan kantong lembaga ternyata mantap dalam sesuatu suku, sehingga dapat membantu penggolongan suku-suku yang sulit. Data-data embriologi berguna juga sebagai bukti tambahan untuk menentuan batasan marga dan menyusun sistem klasifikasi yang lebih alamiah.
Warna. Warna seringkali dimanfaatkan sebagai ciri penyedia bukti taksonomi karena dapat menjadi penanda untuk identifikasi jenis yang terandalkan. Tapi perlu diperhatikan bahwa dalam kebanyakan hal, pola warna lebih bermanfaat dibandingkan dengan corak warnanya sendiri, apalagi karena warna dapat memudar pada spesimen yang diawetkan.
Anatomi dan Ciri Tersembunyi. Ciri anatomi sangat berguna untuk menganalisis hubungan filogenetik. Pemakaian ciri tersembunyi sebagai bukti taksonomi memang sering menghadirkan takson tersembunyi (kriptospesies) pula sehingga harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian.
Ultrastruktur. Struktur permukaan renik sekarang dapat ditampilkan oleh SEM (Scanning Electron Microscop) secara jelas sehingga menambah ciri yang dapat dimanfaatkan sebagai bukti taksonomi secara lebih meyakinkan. TEM (Transmission Electron Microscop) memfasilitasi penelaahan ultrastruktur sel yang berpengaruh besar pada pemecahan masalah taksonomi dan filogenetika sehingga dipercaya akan membantu perbaikan pemahaman tentang hubungan kekerabatan evolusi makhluk. Dalam kaitannya dengan pengerahan ciri ultrastruktur untuk keperluan penelaahan filogenetika, perlu diwaspadai kenyataannya bahwa ciri renik itu sering bersifat sederhana atau kurang kompleks sehingga hanya dikendalikan oleh sejumlah gen kecil.
Sitologi. Ukuran kromosom ternyata mantap untuk setiap jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa kromosom tumbuhan monokot mempunyai ukuran lebih besar jika dibandingkan dengan kromosom dikot. Dan tumbuhan berkayu kebanyakan mempunyai kromosom berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kromosom tumbuhan terna yang sekerabat. Jumlah kromosom semua individu yang tergolong satu jenis umumnya sama, sehingga ciri ini mempunyai nilai penting. Akan tetapi sampai sekarang baru kira-kira 10% seluruh tumbuhan yang ada yang sudah diperiksa secara sitologi. Kepentingan nilai jumlah kromosom sebagai bukti taksonomi disebabkan oleh karena kemantapannya berkorelasi dengan penggolongan alamiah makhluk. Dengan demikian ciri ini dapat dipakai sebagai penunjuk untuk membagi-bagi sesuatu takson, asal saja terhadap ciri lain menguatkannya. Manfaat jumlah kromosom ini umumnya amat terasa pada takson dibawah suku, terutama pada tingkat jenis peranan ciri kromosom amatlah menonjol dalam menginterpretasi suatu sistem klasifikasi dan dalam menentukan kekerabatan serta arah evolusi, menjelaskan mekanisme terjadinya suatu golongan, menunjukkan adanya reproduksi isolasi dan lain-lain. Data-data ini, bersama dengan hasil percobaan dalam bidang genetika, morfologi perbandingan dan ekologi memugkinkan kita memata-matai arah, jalan atau kerja evolusi.
Biokimia. Makin sempurnanya teknik analisis dengan cara kromatografi kertas dan kromatografi gas telah membuka horizon baru dalam menggunakan data-data biokimia sebagai bukti taksonomi. Dengan teknik ini dapatlah diketahui persebaran dan profil kromatogram senyawa-senyawa fenol, glikosida HCN, alkoloid, minyak dan lemak, karbohodrat terlarutkan dalam air, asam-asam amino bebas dan sebagainya. Bergantung kepada kandungan senyawa kimianya, profil kromatogram yang dihasilkan oleh ekstrak setiap jenis tumbuhan akan berbeda. Sebagai akibatnya data-data tadi dapat langsung terus dipaergunakan untuk keperluan bukti taksonomi tanpa terlebih dahulu perlu mendeterminasi susunan senyawa kimianya sendiri. Dari semua data biokimia senyawa fenol dapat merupakan bukti taksonomi yang terpenting sebab dapat menjajagi hubungan berbagai golongan tumbuhan yang berkerabat secara evolusi.
Urutan Molekul. Urutan nukleotida DNA dan RNA, atau residu asam amino dalam protein pelbagai makhluk semakin banyak diungkapkan orang. Masalah muncul karena ketidaknungkinan membedakan homologi dan anlogi untuk setiap posisi dalam urutan molekul, sehingga homoplasi diduga lebih sering diumpai dibandingkan dengan ciri yang disediakan morfologi. Persoalan ini yang juga mencuat ke permukaan adalah kenyataan seringnya dijumpai inkongruensi atau ketidaksesuaian dalam gambaran simpulan hasil yang diperoleh dari analisis kekerabatan berbasis pendekatan molekul bila dibandingkan dengan hasil dari pendekatan morfologi. Hal ini terjadi karena ketidaksamaan kecepatan evolusi pada ciri-ciri yang diamati.
Artefakta Hewan. Banyak sekali makhluk yang menhasikan artefakta, yang ternyata sangat berguna untuk keperluan pencirian guna menyempurnakan pengertian tentang hubungan filogenetika anggotanya.
Perilaku. Bukti-bukti menunjukkan bahwa perkembangan perilaku memang tidak selalu bersifat plastis sehingga tidak selamanya dapat dianggap sebagai homoplasi. Isolasi genetika anak jenis dan jenis sanak sering dibarengi dengan perbedaan perilaku. Perilaku reproduksi juga sangat menentukan, sebab jenis yang giat malan dan kerabatnya yang giat siang tidak punya peluang luas untuk melakukan perkawinan.
Persebaran Geografi. Persebaran geografi makhluk memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu kelompok populasi perlu, diperlukan sebagai suatu jenis tersendiri, atau cukup dianggap sebagai forma atau varietas, atau sebagai anak jenis daripada jenis yang lain. Dalam kaitan ini persebaran geografi erat pula hubungannya dengan faktor ekologi yang menentukan beberapa ciri biologi makhluk yang bersangkutan. Di samping itu persebaran geografi juga amat berfaedah dalam mempelajari asal usul, sejarah perkembangan dan evolusi takson-takson tertentu. Dengan pertolongan peta yang memuat persebaran setiap jenis yang diselidiki, dapatlah diketahui daerah yang paling banyak jenisnya serta paling besar variasi ciri-cirinya. Daerah tersebut dikenal sebagai pusat keanekaragaman dan seringkali merupakan daerah yang dianggap sebagai tempat asal leluhur evolusi takson-takson itu.

*      PERTELAAN
Catatan lengkap pengamatan dan analisis ciri-ciri setiap takson akan dituangkan dalam serangkaian pertelaan. Salah satu cara untuk menguasai istilah yang banyak ialah dengan mencoba mempelajari satu jenis makhluk dengan seksama. Makhluk tadi hendaklah dianalisis sampai susunan morfologi bagian-bagian tubuhnya dipahami sepenuhnya berikut istilah-istilah yang dpakai orang untuk mengacu sifat-sifatnya. Kemudian cobalah membuat sendiri pertelaan makhluk itu berdasarkan pola yang dibakukan, lalu perbandingkan hasilnya dengan pertelaan yang terdapat dalam pustaka-pustaka yang ada.
Bentuk dan Isi Pertelaan. Mengingat fungsinya yang penting dalam sistematika biologi, isi pertelaan yang relatif pendek dan haruslah tepat, terperinci dengan lengkap dan menyeluruh, serta dapat dibandingkan sesamanya. Urutan yang biasa dipakai orang dalam memertelakan suatu jenis makhluk beserta setiap organnya ialah dari yang umum sampai yang khusus, dari dasar ke ujung, dari bagian luar ke bagian dalam, dan dari organ secara umum sampai kepada bagian-bagiannya secara terperinci sendiri-sendiri.
Karena merupakan definisi suatu takson, pertelaan suatu takson haruslah mencakup takson-takson di bawahnya. Oleh karena itu semakin tinggi peringkat suatu takson umumnya semakin pendek pertelaannya. Pertelaan marga itu harus lebih berciri umum sehingga dapat menampung semua variasi ciri jenis-jenis yang tergolong  ke dalamnya.
Diagnosis. Diagnosis seringkali dipakai pada waktu memerkenalkan suatu takson baru untuk pertama kali dan umumnya ditempatkan di awal pertelaan. Adakalanya diagnosis disisipkan dalam pertelaan biasa tetapi ditonjolkan dengan jalan menggarisbawahi atau mencetak miring ciri-ciri diagnosis itu.

2.     PENGGOLONGAN
Takson atau satuan taksonomi yang dipakai dalam menggolongkan makhluk adalah jenis, marga, suku, dan seterusnya. Penentuan tingkat takson itu tergantung kepada besarnya derajat kesamaan ciri yang dimiliki komponen di bawahnya.

Satuan-Satuan Klasifikasi
Penyusunan sistem klasifikasi biasanya didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang secara genetika berciri mantap, sehingga faktor lingkungan tidak mempengaruhi hasil pengklasifikasian itu. Selanjutnya orang mengusahakan dan mencari agar ciri-ciri yang dipakai mempunyai korelasi satu sama lainnya.
Satuan-satuan Penyususn Jenis. Batasan individu tidak mudah mendefinisikannya tapi kebanyakan ahli biologi sekarang menyetujui bahwa ciri keautonomian fisiologinya merupakan ciri utama suatu individu. Jadi pada tumbuhan yang berkoloni dan berkembang biak secara vegetatif, suatu individu yang baru terbentuk bila terjadi pemisahan organik antara individu itu dan tetuanya.
Individu yang menyusun jenis atau bagian-bagiannya secara keseluruhan biasa disebut populasi. Populasi umumnya didefinisikan sebagai sekelompok individu yang semacam, mempunyai persamaan-persamaan umum dan menghuni tempat yang sama pada saat yang bersamaan. Individu-individu suatu populasi itu akan berkembang biak, saling kawin-mengawini yang bertukar gen, mati atau pindah, terpecah belah atau menggabung dengan populasi lainnya, namun ciri dasar populasi itu secara keseluruhan tetap. Karena itu dapatlah dimengerti mengapa konsep satuan taksonomi yang berdasarkan populasi itu di anggap konkrit, sebab populasi sendiri dapat dianggap merupakan sesuatu yang konkrit.
Biotipe adalah suatu populasi yang individu-individunya mempunyai susunan genotipe yang sama. Suatu biotipe itu mungkin berciri homozigot atau heterozigot; di alam biotipe yang berciri homozigot itu jarang dijumpai. Sekalipun tidak merupakan satuan taksonomi atau takson yang perlu diberi nama ilmiah, biotipe itu penting dalam sistematika biologi sebab merupakan satuan dasar bagi penelitian-penelitian genetika populasi dan taksonomi eksperimen atau biosistematika. Konsep-konsep satuan taksonomi sekarang umumnya disusun berdasarkan biotipe-biotipe itu. Apomiksis (yaitu populasi yang terjadi karena apogami atau perkembangbiakan kawin dengan tidak melalui pembauahan satu individu) dan klon (suatu populasi yang merupakan keturunan vegetatif daripada suatu individu) adalah macam-macam khusus botipe. Keduanya mempunyai arti penting tidak saja bagi taksonomi tapi juga untuk keperluan praktik.
Dalam suatu populasi jenis, secara sporadik adakalanya terdapat satu atau beberapa biotipe tanpa pola persebaran tertentu tetapi menunjukkan variasi bentuk yang jelas berbeda dengan anggota-anggota populasi lainnya. Inilah yang dalam botani disebut forma, yang seringkali terjadi karena secara kebetulan fakor-faktor gen resesif terkumpul sehingga timbulnya dalam populasi berciri sporadik dan terbatas tetapi dengan ciri-ciri yang mantap. Forma itu merupakan peringkat terendah yang diberi pengakuan taksonomi dan nama ilmiah sebab umumnya mudah dikenal (misalnya karena perbedaan warna bunga, atau bentuk dan ukuran daun).
Masih dalam BOTANI, takson di bawah tingkat jenis yang paling banyak dipergunakan orang ialah varietas, dengan pengertian yang sering berbeda-beda. Dalam lingkungan pertanian istilah varietas umum dipakai untuk mengacu segala bentuk variasi jenis tanaman; untuk ini istilah yang paling tepat ialah kultivar (dari cultivar = cultivated variety, varietas yang dibududayakan atau dijinakkan).
Untuk keperluan klasifikasi biologi ahli-ahli botani pada umumnya menganggap varietas itu sebagian suatu populasi yang terdiri atas satu atau beberapa biotipe, mempunyai ciri morfologi yang nyata dan tersebar dalam daerah yang terbatas, jadi merupakan ras lokal daripada populasi jenisnya. Karena itu variasi yang menjadi ciri varietas dapat mempunyai ciri yang sesuai dengan faktor-faktor geografi, ekologi, atau sitologi atau gabungan dari ketiganya.
Berbeda dengan varietas yang persebarannya terbatas atau berciri lokal, anak jenis atau subspesies merupakan populasi yang terdiri atas beberapa biotipe dengan daerah persebaran yang meluas sampai meliputi suatu wilayah atau kawasan. Jadi anak-anak jenis itu dapat dianggap sebagai ras-ras geografi daripada populasi jenis, terpisah satu sama lain oleh perbedaan-perbedaan morfologi tetapi diantaranya tidak terdapat penghalang genetika, sekalipun daerah persebarannya mungkin terpisah satu sama lainnya. Luas tingkat persebaran (sporadik untuk forma, lokal untuk varietas, dan regional atau kawasan untuk anak jenis) tidak selamanya berimbangan dengan perbedaan-perbedaan antara sesama anak jenis, sehingga adakalanya tidak setajam atau sebanyak perbedaan-perbedaan antara varietas-varietas, atau bahkan antara forma-forma yang sejenis.
Jenis: Batu Dasar Sistematika. Gabungan semua populasi yang semacam, jadi gabungan seluruh individu makhluk yang satu macam biasa disebut jenis.
Pada garis besarnya definisi-definisi jenis yang banyak itu dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama mendefinisikan jenis berdasarkan tradisi, jadi menggunakan kriteria morfologi. Di samping morfologi faktor geografi kemudian diperhitungkan juga karena diakuinya kepentingan variasi yang terdapat dalam daeah persebaran populasi. Definisi berdasarkan kriteria morfologi geografi ini menghasilkan jenis taksonomi. Menurut konsep ini jenis itu merupakan populasi-populasi yang terdiri atas individu-individu dengan ciri-ciri morfologi yang berkorelasi.
Kelompok definisi yang kedua menghasilkan konsep jenis biologi, yang memformulasikan jenis sebagai populasi-populasi yang disatukan satu sama lain oleh kemungkinan untuk saling kawin-mengawini secara bebas, dan terpisah atau terisolasi dari jenis-jenis lainnya oleh adanya penghalang reproduksi.
Sebenarnya perbedaan antara jenis taksonomi yang berdasarkan morfologi dan jenis biologi berlandaskan ciri-ciri sitogenetika itu tidaklah perlu dipertajam. Dengan demikian jenis dapat dikenal secara morfologi, dan terdiri atas populasi atau gabungan individu yang diperkirakan dapat saling kawin-mengawini sesamanya secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang menyerupai tetuanya, serta merupakan pembawa. Di antara satu jenis dan jenis lainnya dengan sendirinya diharapkan terdapat suatu pemisah, suatu ketidaksinambungan dalam berbagai ciri morfologi dan ciri-ciri kebakaannya.
Perkembangan terakhir menuntut dianutnya konsep jenis filogenetika, yang dapat didefinisikan sebagai satuan terkecil makhluk yang berkembang biak secara seksual yang sedikit-dikitnya memiliki satu ciri diagnosis yang terdapat pada semua anggotanya tetapi tidak dijumpai pada kerabat terdekatnya.
Takson-Takson di Atas Jenis. Konsep takson-takson di atas jenis biasanya dianggap sesuatu yang abstrak. Sekalipun demikian marga mungkin merupakan satuan yang sudah dikenal orang sebelum biologi berkembang sebagai suatu ilmu. Sebagai salah satu satuan taksonomi marga mempunyai fungsi untuk menyediakan wadah yang mempersatukan semua jenis yang erat kekerabatannya secara alamiah. Dalam menentukan batasan-batsan marga, keeratan hubungan kekeluargaan jenis-jenisnya selalu mendapat perhatian utama. Penempatan suatu jenis dalam suatu marga harus didahului oleh pemastian bahwa jenis itu betul-betul erat hubungan kekerabatannya dengan jenis yang tanpa diragukan lagi merupakan anggota sejati marganya. Besar derajat perbedaan, besar jumlah jenis yang tersangkut, dan tradisi pemakaian sesuatu marga penting juga pengaruhnya dalam mempertimbangkan apakah suatu kelompok jenis itu dapat dianggap merupakan satu marga atau tidak.
Gabungan marga-marga yang sekerabat ditampung dalam suku. Korelasi ciri-ciri morfologi daam seluruh anggota suku itu seringkali besar jumlahnya. Adanya ciri-ciri khusus tertentu yang menjadi pemersatu marga-marga tertentu telah menimbulkan suku-suku yang ciri kealamiahannya mudah dilihat.
Bangsa adalah satuan taksonomi tempat mewadahi kumpulan suku-suku yang erat hubungan kekerabatannya satu sama lainnya. Takson ini merupakan satuan yang paling tidak sempurna batasan-batasannya dan kegunaannya untuk pendeterminasian hampir tidak ada. Kumpulan bangsa ditampung dalam kelas dan gabungan kelas membentuk filum.
Makin kecil perbedaan yang memisahkan ketiganya makin rendah peringkat takson yang diperlukan untuk kelompok-kelompok tadi, dan sebaliknya.

Seperangkat Asas Pemandu Penyusunan Sistem Klasifikasi
Sebelum suatu sistem klasifikasi dapat disusun, terlebih dulu perlu diketahui dengan baik semua ciri beserta kodrat dan fitrah obek yang dihadapi sebagai penanda atau pengenal keutuhan objek. Sejauh-jauhnya objek-objek itu seyogyanya dibuat setara baik cakupan maupun peringkat dan tingkat perkembangannya. Untuk itu perlu dibuat batasan atau definisi sehingga diperoleh kesamaan variasi ciri dan ciri yang akan dipakai, keluasan dan kedalaman cakupan, serta tolak ukur atau tanda pengenal lainnya. Dengan demikian setiap objek tadi dapat dijadikan “satuan kegiatan operasi” untuk dapat diberikan perlakuan yang sama, sehingga segala sesuatunya memang harus terukurkan, terbandingkan, dan utuh.
Asas lain yang perlu diperhatikan dalam mengklasifikasi sesuatu adalah kealamiahan objek, yang harus dihormati sehingga posisi dan fungsinya dalam relung yang ditempatinya pada sistem klasifikasi yang dihasilkan nanti akan serba berkewajaran.
Dalam melakukan klasifkasi orang perlu pula memperhatikan keharmonisan dan keseimbangan sehingga hasil atau sistem klasifikasi yang diciptakan akan baik serta mendekati kesempurnaan yang ideal.
Pelaksanaan klasifikasi haruslah dilakukan secara bertaat asas berdasarkan kriteria yang dijadikan bukti ciri atau landasan pengklasifikasian. Perlu diketahui bahwa suatu ciri yang berguna untuk sekumpulan objek di suatu peringkat belum tentu baik bila dipakai untuk peringkat lain, apalagi untuk objek lain.
Kemultigunaan merupakan salah satu asas pemandu penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan klasifikasi. Kemultigunaan dapat dicapai kalau ciri yang dijadikan landasan pengelasifikasian itu berjumlah banyak, dengan setiap ciri berpautan satu sama lainnya. Secara empiris dalam biologi diketahui bahwa idealnya jumlah ciri itu sebanyak jumlah objek yang diklasifikasi kurang satu, ( n – 1 ).
Bergantung pada motif, dasar dan cara yang dipakai, klasifikasi itu dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu klasifikasi empirik dan klasifikasi rasional. Klasifikasi empirik ialah penggolongan makhluk yang tidak memerdulikan makhluknya sendiri, jadi suatu penggolongan yang tidak didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk yang diklasifikasi. Klasifikasi menurut abjad adalah contoh klasifikasi empirik, karena pedoman utama dalam mengklasifikasi disini ialah huruf awal namanya, yang sebenarnya hanya buatan manusia belaka. Golongan kedua, klasifikasi rasional merupakan klasifikasi yang betuk-betuk mempunyai hubungan langsung dengan makhluk yang digolongkan, dengan menggunakan ciri yang dimiliki makhluk tadi sebagai dasarnya.
Pada dasarnya terdapat lima macam klasifikasi rasional, yaitu klasifikasi-klasifikasi praktis, klasik, fenetik, filogenetika. Klasifikasi praktis seringkali dinamakan klasifikasi khusus sebab diadakan hanya untuk memenuhi keperluan-keperluan tertentu. Klasifikasi klasik, fenetik dan filogenetika seringkali berpautan satu sama lainnya sehingga batas perbedaan diantaranya kadang-kadang tidak jelas.






APLIKASI TAKSONOMI DALAM SENANDUNG CINTA YANG DI TULIS OLEH Ust. JEFRY AL-BUKHARI SEBAGAI PANDUAN MENJADI REMAJA YANG BERBUDI DAN BERPRESTASI


Jamilah Nasution
G351060381

Manusia yang ada di bumi ini sangat beraneka ragam. Keanekaragaman ini merupakan fakta dan gejala yang dapat diamati baik dari segi ukuran, bentuk, warna, struktur, fungsi, perawakan, lama tumbuh dan tanggapan terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Variasi yang terjadi dapat disebabkan karena adaptasi, mutasi, modifikasi, perkembangan, faktor lingkungan dan genetika. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia secara umum dan khususnya pada pelajar dan remaja kita sekarang ini dapat kita lihat terutama dari segi perkembangan dan faktor lingkungannya, yang pada hakekatnya terjadi pada tingkat populasi. Dengan besarnya tingkat populasi yang ada di lingkungan sekitarnya maka besar pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja.  
Pada dasarnya para remaja kita secara sadar atau tidak, sudah dapat mengelompokkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dia lakukan mana yang tidak. Tetapi pada kenyataannya banyak remaja kita yang terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik yang menyesatkan dirinya sendiri. Ini semua dapat di lihat bagaimana perkembangan para remaja kita saat ini dalam sebuah buku yang berjudul “Senandung Cinta”, dimana penulis buku ini (Ust. Jefry Al-Bukhari) tanpa sadar telah melakukan suatu kegiatan bertaksonomi yaitu mengelompokkan dan mencirikan bahkan memberikan nama pada setiap perilaku yang ada pada para pelajar dan remaja kita saat ini.
Kita ketahui masa remaja adalah masa terindah yang tak akan pernah terulang lagi. Namun sayang, kenyataannya banyak dari remaja kita yang justru membuang kesempatan emas itu. Mereka lebih suka bersenang-senang, bermain-main dengan hal-hal yang negatif yang tanpa mereka sadari bisa menghancurkan masa depannya. Seperti halnya dengan Nge-Drug, Tawuran, Freesex, Party and Having Fun, dsb, ini merupakan kelompok perilaku remaja kita yang tidak baik.  Dari contoh ini kita akan bahas satu persatu apa saja yang dilakukan para remaja kita sehingga mereka lupa bahwa dengan melakukan hal-hal tersebut masa depan mereka melayang dengan sia-sia.

1.      Nge-Drug
Nge-Drug atau mengkonsumsi minuman keras, narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) dikalangan remaja dan anak muda sekarang benar-benar mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan. Dengan “trend” tindak penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat dapat kita bayangkan berapa banyak anak-anak usia sekolah yang telah terjerumus dalam tindak penyalahgunaan narkoba sekarang ini? Tentu sangat mengerikan sekali untuk kita bayangkan!
Jenis-jenis obat terlarang dan narkotika yang telah akrab di telinga para remaja yang suka nge-drug, antara lain : Ecstasy (nama lainnya adalah : INEX, KANCING, EVA, ADAM, MDM, GOLONG-GOLONG), Sabu-sabu (nama lainnya adalah : Glass, Quartz, Hirropon, Ice Cream), Candu, Morfin, Codein, Canabis, dsb. Ini adalah  kelompok jenis obat-obatan terlarang dan narkotika yang setiap jenisnya mempunyai pengelompokkan yang sesuai dengan ciri-cirinya dan si pemakai juga memberikan istilah nama-nama trend dari jenis obat-obatan dan narkotika tersebut.
Hal yang kita inginkan bahwa seharusnya remaja yang suka nge-drug itu sadar, atau paling tidak ada yang memberikan penyadaran, bahwa nge-drug adalah tindakan yang bodoh dan sama saja dengan bunuh diri, karena apa yang dilakukan adalah prilaku yang sangat merugikan, baik secara jasmani maupun rohani. Dari segi jasmani, orang yang gemar mengkonsumsi narkoba akan mengalami gangguan kesehatan yang sangat serius, karena ketergantungannya yang luar biasa terhadap obat-obat terlarang ia harus bertahun-tahun masuk pusat rehabilitasi untuk menyembuhkan ketergantungannya terhadap obat-obatan tersebut, yang menyebabkan ia menderita penyakit jantung, dsb. Dari segi rohani, orang-orang yang gemar nge-drug, akan mudah sekali hilang kesadarannya dan mudah melakukan tindak kriminalitas yang sangat keji dan menjijikkan di luar dugaan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa narkotika dan zat aditif bisa menutupi akal dan menghilangkan kesadaran bagi si pemakai. Pemakai narkotika yang sedang fly, ia akan merasakan adanya “sesuatu” yang masuk ke dalam tubuhnya, sehingga apa yang dilakukannnya sudah di luar kontrol dirinya.
Salah satu kasus kita lihat penyalahgunaan atau ketergantungan terhadap minuman keras dan narkoba di kalangan remaja dan pelajar, sebagian besar berawal dari “coba-coba”, selebihnya karena pola hidup (life style), biar dibilang gaul, modern, trendy, funky, dsb. Hal ini dikarenakan kecenderungan jiwa remaja yang sedang bergejolak, menyukai tantangan, ingin mencoba sesuatu yang baru dan berusaha mencari jati diri, memang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh. Ia akan mudah mencoba “sesuatu yang baru” sebagai pengalaman hidup. Apalagi kalau dalam masa yang rentan ini, mereka mengalami masalah-masalah hidup yang sulit untuk dipecahkan, misalnya ditinggal kekasih, Broken Home, maka mereka akan cenderung mencari tempat pelarian yang dapat membuatnya “Happy”. Dari mulai coba-coba dan akhirnya ketagihan, ini merupakan pertanda dimulainya saat-saat kehancuran.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa narkoba adalah sumber bencana. Orang-orang yang telah terjebak didalamnya, dan tidak segera melepaskan diri dari cengkeramannya, maka ia akan kehilangan segala-galanya. Narkoba benar-benar telah membuat masa depan generasi muda yang kecanduan dengannya, melayang dan hilang percuma. Mereka akan menghadapi masa depan yang suram dan kelam, yang seharusnya para pelajar sehari-hari berkutat dengan buku pelajaran dan ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan, kini justru sibuk dengan ganja, ekstasi, putaw, inex, sabu-sabu, dan sejenisnya.
Sebelum kalian terjerumus ke dalamnya maka ingatlah bahwa masa depan kalian ada di tangan kalian sendiri. Jangan sekali-kali terjebak dalam narkoba, kalau tidak ingin masa depan kalian melayang percuma! Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam membimbing anak-anaknya yang sedang dalam proses peralihan.
Hal ini semakin mempertegas bahwa memang kegiatan Taksonomi itu tidak luput dari kehidupan kita sehari-hari. Karena dalam masalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan narkotika pun terjadi, bukan hanya dari segi pengelompokkan, pencirian sampai pemberian nama trend obat-obatan saja tetapi dari segi jasmani dan rohani juga memiliki dampak yang sama yaitu memiliki kelompok penyakit-penyakit tertentu yang dialami oleh si pemakai sesuai dengan jenis obat apa yang di konsumsinya.

2.      Tawuran
Tawuran kini seolah-olah sudah menjadi rutinitas akhir pekan yang dilakukan oleh pelajar di kota-kota besar. Bahkan, kini fenomena tawuran antar pelajar juga sudah menjalar ke pelosok kota-kota kecil di Indonesia. Pada awalnya tawuran pelajar seringkali hanya dengan baku hantam atau saling lempar batu, tapi kini sudah menjurus pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan, bahkan mengerikan kalau kita lihat pelajar yang terlibat tawuran kini mulai mempersenjatai dirinya dengan senjata tajam. Ini jelas bukan lagi sebuah tindak kenakalan remaja tapi jelas-jelas sebuah tindak kriminalitas.
Sebenarnya tawuran yang terjadi antar pelajar itu banyak disebabkan oleh sikap over acting, ingin perhatian, solidaritas salah kaprah, fanatisme sempit dan gelegak gejolak muda mereka yang mudah tersulut oleh amarah. Tawuran ini juga sedikit banyak dipengaruhi oleh sikap “gagah-gagahan” yang ditunjukkan oleh para remaja. Dari sisi usia, para remaja memang sedang mengalami masa transisi dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa. Karenanya, setiap remaja cenderung ingin diperhatikan dan diakui eksistensinya.
Oleh karena itu, harus ditekankan kepada mereka bahwa orang yang kuat dan gagah itu bukan sekedar orang yang mempunyai kekuatan fisik hebat ataupun mampu memenangkan sebuah pertarungan fisik. Lebih dari itu, sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai amarahnya.
Tidak selayaknya pelajar dan orang-orang yang bergelut dengan pendidikan mengandalkan otot. Sebaliknya, mereka harus lebih mengedepankan otak dan rasionalitas, karena tawuran adalah tindakan anarkisme yang mengedepankan otot daripada otak. Masa-masa sekolah dan remaja adalah masa untuk menempa diri untuk menjadi seseorang yang berguna di masa depan yang semuanya itu sangat bergantung kepada kemampuannya dalam mempergunakan masa sekolah dan remajanya untuk memberdayakan otak dan hati mereka. Para pelajar dan remaja yang lebih memilih tawuran sebagai “hoby” mereka, dibandingkan dengan memilih buku dan ilmu pengetahuan, maka mereka inilah orang-orang yang akan gagal pada masa mendatang. Sebaliknya, para pelajar dan remaja yang mampu memberdayakan otak dan hatinya untuk “melahap” semua ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan, serta mampu menghindarkan diri mereka dari terjerumus dalam aksi tawuran yang seolah sudah menjadi trend dunia remaja, maka mereka itulah yang akan menuai keberhasilan di masa depan.
Tawuran merupakan salah satu kelompok perilaku para pelajar yang tidak baik. Hal ini dipengaruhi karena adanya kelompok pelajar yang hobinya memang suka memperlihatkan eksistensinya sebagai pelajar yang hebat dan kuat. Ini merupakan salah satu ciri-ciri pelajar kita yang menganggap dirinya lebih hebat dan kuat dari orang lain. Padahal terkadang masalah yang menyebabkan terjadinya tawuran tersebut hanya sepele.

3.      Freesex
Melihat pergaulan para pelajar dan remaja sekarang ini, sungguh membuat kita mengerutkan dahi dan geleng-geleng kepala. Bukan karena kagum dan salut atas prestasi yang diraihnya, tapi justru prihatin, jijik, dan tidak habis pikir terhadap apa yang mereka lakukan. Apa yang harus kita katakan ketika kita mendapati para pelajar kita dengan beraninya berbuat asusila bahkan merekam adegan mesum mereka di dalam ponsel kamera mereka lalu disebarkan melalui internet. Sungguh bibir kita seolah terkunci dan tidak bisa berkata apa-apa. Kita hanya bisa prihatin dan mengelus dada. Sudah demikian bobroknya-kah akhlak pelajar-pelajar kita? Pola hidup “freesex” benar-benar telah menjadi pilihan hidup sebagian dari mereka.
Pola hidup pergaulan bebas dan freesex yang kini mulai mewabah di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita adalah pertanda bahwa masyarakat kita telah mengalami krisis moral dan spiritual, juga telah kehilangan identitas ketimurannya. Sebenarnya pola hidup seperti ini sedikit banyaknya juga dipengaruhi oleh pornografi dan pornoaksi yang kini sedang “inn” di tengah-tengah masyakarat kita. Lihat saja internet, reklame, komik, majalah, tabloid dan kalender. Gambar-gambar yang mereka tampilkan seringkali mengedepankan unsur-unsur pornografi untuk menarik perhatian konsumen dan masih banyak contoh-contoh lain yang bisa kita lihat di sekitar kita. Lebih dari itu, disadari atau tidak, dengan berpola hidup pergaulan bebas dan freesex, sebenarnya masyarakat kita telah mempersiapkan diri untuk menerima azab dari Allah.
Oleh karena itu sebagai pendidik terutama bagi orang tua, para remaja kita harus diajarkan bahwa seks adalah hubungan suci yang mempunyai keterkaitan dengan moral. Orang yang sering melakukan seks bebas (freesex), maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang tidak mempunyai kesempurnaan moral atau bahkan bisa dikatakan tidak bermoral. Dari sisi sosial, orang yang berpola hidup freesex akan dianggap hina dan nista serta dikucilkan oleh masyarakat. Sementara dari sisi agama, pola hidup freesex adalah pola hidup yang sangat dikecam dan dikutuk oleh agama. Islam memandang bahwa seks adalah hubungan suci yang baru boleh dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah sah. Maka dari itu berhati-hatilah wahai para remaja. Peliharalah kesucianmu dan kehormatanmu hanya untuk pasanganmu yang sah.
Salah satu kelompok perilaku remaja kita yang sangat memalukan adalah seks bebas (freesex). Perilaku ini berkaitan dengan harga diri, bukan hanya menghancurkan diri sendiri tetapi juga menghancurkan nama baik keluarga.   

4.      Party and Having Fun
Akhir-akhir ini ada fenomena memprihatinkan yang mulai menjangkiti sebagian remaja kita, yaitu kegemaran mereka untuk mengadakan pesta-pesta (party) dan kecenderungan sebagian dari mereka mempunyai pola hidup mengejar kesenangan semata-mata (having fun; yang penting bersenang-senang). Pola hidup party and having fun seperti ini merupakan suatu perilaku yang sangat tidak terpuji, karena keduanya merupakan pola hidup berlebihan. Dalam Islam dengan tegas melarang segala bentuk perbuatan yang berlebihan dan melampaui batas, karena hal itu pasti akan melabrak nilai dan rambu-rambu moral, sosial dan agama. Pola hidup berlebihan juga akan menyebabkan terganggu dan terampasnya hak atau kebebasan orang lain.
Perlu kita sadari bahwa hidup ini sebenarnya tidak sesederhana yang dipikirkan oleh para penggila party dan penganut prinsip having fun. Hidup ini adalah satu siklus kehidupan yang akan berkaitan erat dengan siklus kehidupan yang lain. Apa yang kita perbuat dalam siklus kehidupan dunia ini akan menentukan siklus kehidupan berikutnya (akhirat). Hidup di dunia ini hanyalah sekejap. Alangkah meruginya jika kita tidak mampu menjadikan hidup yang sekejap itu lebih berarti.

Dari beberapa contoh yang telah dipaparkan di atas mengenai perilaku para pelajar dan remaja kita saat ini tentunya itu semua menjadi pengalaman dan pelajaran bagi kita sebagai pendidik terutama orang tua, agar kita sama-sama membimbing dan menuntun mereka ke arah yang lebih baik dan nantinya akan bermanfaat bagi mereka. Dan dari uraian tersebut juga dapat kita lihat jelas pengelompokkan masig-masing perilaku, kemudian setiap kelompok memiliki ciri masing-masing bahkan pemberian nama dari setiap perilaku tersebut juga berbeda. Hal inilah yang dimaksud bahwa kegiatan apapun yang kita lakukan dan kita lihat di sekitar kita tidak luput dari taksonomi yaitu mengelompokkan, mencirikan dan memberi nama.


CINTA REMAJA
Masa remaja adalah masa yang paling indah. Yaitu sebuah fase di mana remaja asik dengan dunianya. Secara fisik dan mental, remaja mengalami perubahan. Dia sudah mulai tertarik pada lawan jenisnya. Hormon-hormon kewanitaan atau kelelakiannya mulai menonjol, sehingga ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Seorang wanita mulai belajar memakai bra, mencari pembalut yang enak dan nyaman, dst. Seorang lelaki mulai mengalami mimpi basah, sering melamun, dsb. Ini merupakan satu perhatian besar juga bagi pendidik terutama orang tua untuk memantau perkembangan para remaja kita yang sedang mencari jati dirinya, seperti ingin cinta dan dicintai, ingin diperhatikan, ingin perhatian, ingin kasih sayang, dan lain sebagainya. Hal ini di sebut “cinta remaja” yang tumbuh di saat dia sudah mengenal lawan jenisnya, masalah cinta sampai sekarang belum terpecahkan, padahal cinta sebenarnya adalah anugerah Tuhan, yang kita ketahui bahwa semua orang punya cinta, tetapi tidak sama cara mengungkapkannya. Ada yang mengungkapkan rasa cinta dengan sekuntum bunga, ada yang mengungkapkannya dengan ciuman, ada yang mengungkapkannya dengan pemberian barang, ada juga yang mengungkapkannya dengan kata-kata yang tersusun indah bagai karya pujangga. Dan bahkan ada yang sangat ekstrim yaitu dengan melakukan hubungan badan. Gara-gara cinta orang bisa mabuk kepayang, gara-gara cinta orang bisa menjadi sastrawan. Karena cinta, orang yang sakit bisa sembuh; karena cinta, orang yang malas menjadi giat; karena cinta, yang berat menjadi ringan. Karena putus cinta, orang bisa nekat bunuh diri. Inilah salah satu contoh kalau kita melakukan sesuatu atas nama cinta atau orang sering dikatakan “cinta buta”.
Dengan kata lain, bukan berarti para pelajar atau remaja kita tidak boleh mencintai dan dicintai, tapi jadikanlah cinta sebagai cambuk untuk mencapai prestasi. Karena cinta itu tidak selamanya merusak, asalkan kita bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan cinta seperti ini, maka apa saja yang menjadi obsesi dan cinta-cita kita, dobraklah ia dengan cinta dan jalanilah ia dengan cinta. Siapa yang ingin berprestasi, paculah prestasi yang ingin dicapai dengan semangat cinta.
Ada beberapa hal yang harus diasah oleh remaja kita yaitu mengenai “empat olah”, supaya menjadi remaja yang kamil, yang mempunyai nilai plus.
1.      Jadilah remaja yang beriman dan berakhlak dengan “Olah Hati”
Kita tahu bahwa setiap manusia mempunyai hati adalah benar. Tetapi tidak semua hati manusia itu bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak manusia yang tertutup dan buta mata hatinya. Hati adalah tempat mengendapnya berbagai benih hasrat kehidupan. Ada benih kebajikan dan ada benih keburukan. Mulanya hati adalah bening dan jernih, tetapi karena manusia menurutkan hawa nafsu, maka lambat laun hati mulai berubah warna, karena hawa nafsu adalah kotoran yang membuat hitam dan pekat hati, dan lama-lama akan mengendap di saa, maka jadilah hati itu tertutup. Manakala, hati sudah tertutup, tidak ada lagi gerakan tubuh kecuali keburukan, karena hati yang tertutup tidak bisa lagi diingatkan dan dinasehati lagi oleh siapa pun.
Oleh karena itu, hati harus senantiasa kita jaga. Isilah hati denga agama, penuhilah dengan keimanan, pelihara hati dengan ketaqwaan. Jangan beri ruang kosong untuk hawa nafsu.
2.      Jadilah remaja yang cerdas dan berprestasi dengan “Olah Pikir”
Dalam sebuah hadist menyebutkan : “Berpikir sejenak lebih baik daripada ibadah seribu rakaat”. Maksudnya ibadah yang tidak dihayati dan tidak diimplementasikan dalam kehidupan nyata, nilainya tidak seberapa dibandingkan dengan berpikir yang menghasilkan solusi. Cara berpikir otak adalah seagai berikut :
a.       Berpikir Seri, yaitu berpikir yang berguna untuk menyelesaikan persoalan rasional atau tugas-tugas yang sudah ada. Pemikiran ini berorientasi pada tujuan, bersifat “how to” untuk apa.
b.      Berpikir Asosiatif, yaitu pikiran yang berguna untuk mengenai lingkungan. Cara berpikir ini menggunakan hati dan tubuh. Ia merupakan jenis kecerdasan yang digunakan untuk menghasilkan efek-efek luar biasa bagi manusia. Dengan mengasah secara terus menerus akan menghasilkan kepandaian, apalagi yang memiliki bakat. Berpikir seperti ini lebih dikenal sebagai Kecerdasan Emosional (EQ).
c.       Berpikir Unitif, yaitu pikiran secara menyeluruh yang berguna untuk mengendalikan dan memberikan makna dalam setiap aktivitas. Berpikir seperti ini dikenal sebagai Kecerdasan Spiritual (SQ).
Oleh karena itu, ketahuilah bahwa kita adalah produk dari pikiran-pikiran kita, artinya kita mau menjadi apa tergantung pikiran kita.
3.      Jadilah remaja yang tanggap dan peduli dengan “Olah Rasa”
Para leluhur bangsa kita berpesan kepada generasi muda, agar setiap diri mempunyai “rasa” yang tinggi, yang tertuang dalam “tribrata” (tiga sikap kesatria), yaitu :
a.       Handarbeni, artinya ikut merasa memiliki.
b.      Hangrungkebi, artinya membela dan mempertahankan.
c.       Mulat Sariro Angroso Wani, artinya mau introspeksi diri, tahu diri dan tidak takut dikritik.
Dari ketiga sikap di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kepekaan sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Remaja harus mempunyai kepekaan terhadap lingkungan, harus tanggap dengan situasi, harus mempunyai kepedulian. Maka dari itu, orang yang punya kepekaan dan pandai mengolah rasa akan mudah bergaul dan diterima oleh masyarakat.
4.      Jadilah remaja yang sehat dan kuat dengan “Olah Raga”
Sehat adalah nikmat yang terlalu mahal harganya. Tetapi tidak semua orang tahu nilainya, sebelum dia jatuh sakit. Sehat adalah modal utama dalam hidup. Karena kesehatan akan sangat menentukan perjalanan ke depan. Bagaimana kita bisa berpikir jernih kalau badan sakit, bagaimana bisa makan enak kalau badan sakit. Untuk menjadi sehat dan kuat, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor makanan, faktor lingkungan dan faktor psikis. Jika ketiga faktor ini sudah bisa diatasi, maka satu lagi yang harus kita lakukan yaitu berolah raga untuk menjaga kesehatan.
Sahabat pembaca, ketahuilah bahwa keempat “olah” tersebut merupakan kecerdasan yang harus dikembangkan secara bersama-sama, tidak boleh dijalankan secara terpisah. Karena satu dengan yang lainnya sangat berkaitan. “Olah hati” akan menimbulkan kecerdasan spiritual yang diaktualisasikan melalui perbuatan, perwujudannya dalam bentuk pikir, rasa dan raga. Maka selain pendidikan hati, juga perlu pendidikan pikir, pendidikan rasa, dan pendidikan raga. Dari ketiga pendidikan tersebut akan menghasilkan kecerdasan-kecerdasan yang timbul dari hati dan diri kita.
Sahabat pembaca, untuk menjadi remaja yang sukses dan selamat dalam kehidupan ini. Maka jadilah remaja yang bisa menggambarkan masa depan (mempunyai visi). Jadilah remaja yang suka membaca, karena membaca adalah kunci ilmu pengetahuan dan buku adalah jendela dunia. Jadilah remaja yang rajin berdoa, karena berdoa adalah kunci keselamatan. Jadilah remaja yang mendapat restu kedua orang tua,  karena Ridha Allah tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka keduanya. Doa orang tua adalah pembuka tabir kegelapan, menyingkirkan hambatan dan rintangan, sehingga kita mudah meraih cita-cita. Maka kemana pun kita melangkah dan apapun yang kita cita-citakan, mintalah doa dan restu dari orang tua kita.
Uraian diatas menunjukkan bahwa ternyata banyak hal-hal baik yang harus dilakukan oleh para pelajar dan remaja kita. Ini merupakan kelompok perilaku remaja yang kamil dan mempunyai nilai plus, dan sama sekali memiliki ciri-ciri yang jauh berbeda dari perilaku yang negatif yang sebelumnya telah dibahas. Kalau kita lihat kelompok perilakunya saja berbeda yaitu perilaku negatif seperti nge-drug, tawuran, seks bebas (freesex), dan Party and Having Fun, dan perilaku positif seperti menjadi remaja yang kamil dan mempunyai nilai plus. Bukan hanya kelompok perilakunya saja yang berbeda tetapi ciri-ciri orangnya juga berbeda yang dapat dilihat dari uraian diatas dan bahkan dalam pemberian nama juga berbeda. Kalau kelompok perilaku negatif istilah namanya lebih keren sesuai dengan trendnya, sedangkan kelompok perilaku yang positif istilah nama tidak begitu keren tetapi memiliki makna yang lebih berarti.
Dari semua kejadian yang terjadi pada para pelajar dan remaja kita ini mudah-mudahan timbul rasa kesadaran, dan bangkit kepedulian para pedidik terutama orang tua untuk lebih memperhatikan buah hatinya untuk melangkah dan mengarahkan mereka ke ha-hal yang lebih baik untuk masa depannya. Dan dari kejadian-kejadian ini pula kita dapat mengelompokkan apa saja yang harus para pelajar dan remaja kita lakuan dan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan. Para pelajar dan remaja kita juga memiliki ciri-ciri perilaku yang berbeda sesuai dengan faktor lingkungan yang ada disekitarnya baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Hal ini semua tergantung bagaimana mereka beradaptasi terhadap lingkungan, dan dengan adanya perubahan perilaku yang diakibatkan oleh adaptasi tersebut maka sebagai pendidik dan orang tua harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan tersebut dan mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik.
Ingatlah satu hal wahai sahabatku para remaja, bahwa masa depanmu ada di tanganmu. Maka jangan kau hancurkan dirimu dan masa depanmu dengan melakukan perbuatan yang bisa merusak itu semua.